Ini Dia Gaya Hidup Mewah Pengacara Beken

Hotma Sitompul di LBH Mawar Saran, Jakarta, 25 Januari 2018. (Tempo/Nurdiansyah)
Hotma Sitompul di LBH Mawar Saran, Jakarta, 25 Januari 2018. (Tempo/Nurdiansyah)
Hotman Paris Hutapea
Hotman Paris Hutapea duduk di sebuah meja berbentuk persegi panjang di lantai dasar kantornya. Ketika kami datang, Selasa pagi pekan lalu, ia sedang memberikan pengarahan kepada karyawannya. Pakaiannya rapi: setelan jas berwarna marun dan sepatu berwarna senada. “Sepatu ini tidak ada di Indonesia. Kalau digosok, berwarna-warni ini,” katanya.
Ia juga mengenakan sejumlah cincin yang tampak mahal di jari-jemarinya. Ia memperlihatkan dasi yang dibelikan istrinya di salah satu toko termewah di London, Inggris. Bagi dia, penampilan adalah modal dalam pekerjaannya sebagai pengacara. “Saya takkan lepas dari tampilan profesional, kecuali akhir pekan.”
Hotman dikenal sebagai pengacara yang tak sungkan mempertontonkan kekayaannya melalui media sosial seperti Instagram. Masyarakat bisa melihat Hotman berpose bersama mobil-mobil mewah dan properti miliknya. 
Hotman Paris Hutapea di kantornya, Jakarta, 16 Januari 2018 (Tempo/Fakhri Hermansyah)
Hotman Paris Hutapea di kantornya, Jakarta, 16 Januari 2018 (Tempo/Fakhri Hermansyah)
Soal jalan-jalan ke luar negeri, Hotman menyebutkan setidaknya dalam setahun bisa tiga kali ia pergi ke luar negeri bersama keluarga. Terlebih sejumlah anaknya pernah berkuliah di Inggris. “Pokoknya, tiap Natal, selalu berkumpul dengan keluarga.”
Selain Inggris, ia sering berkunjung ke Paris, Las Vegas, Istanbul, dan Monako. Namun, setelah 20 tahun berkeliling ke berbagai penjuru dunia, Hotman mengaku sudah tak ingin berlibur ke luar negeri. Ia merasa sudah lelah bepergian jauh. Hotman kini lebih memilih berlibur ke dalam negeri, tepatnya ke Bali. Di sana, ia juga mendirikan sejumlah tempat peristirahatan, dan ia mengaku sudah mulai bosan tinggal di Jakarta. “Apa lagi yang saya cari. Di sana (Bali) tenang.”
Selain berlibur ke luar negeri, Hotman terkenal gemar membeli properti. Ia menyatakan memiliki banyak ruko di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia juga memiliki properti lain di Sunter, Sudirman Park, dan Central Park. “Ruko semua saya kasih istri, tak pernah tanya uang sewanya ke mana,” ujarnya. Terbaru, Hotman membeli gedung 18 lantai di kawasan pusat bisnis Sudirman.
Ia bercita-cita memberikan masing-masing 100 unit properti kepada ketiga anaknya. Namun ia merasa properti yang dimilikinya sudah melebihi apa yang diimpikannya. Ia juga mengoleksi sejumlah mobil premium, seperti Ferrari, Lamborghini, Bentley, dan Audi.
Kegiatan lain yang tengah digeluti Hotman adalah menjadi “selebgram” atau selebritas di Instagram. Terhitung hingga Senin 5 Februari 2018, akunnya sudah diikuti oleh 356 ribu pengikut. Melalui akun itu, Hotman menyampaikan pendapatnya mengenai berbagai hal, termasuk kegiatan sehari-harinya.
Elza Syarief
Berbeda dengan Hotman, pengacara Elza Syarief tidak menyukai penampilan yang gemerlap. Ia menuturkan, didikan sang ayah membuat dirinya berpenampilan seperti sekarang. Meski dulu ia mengakui mengoleksi banyak sekali blazer, kini baginya yang terpenting dalam berpakaian adalah kenyamanan. “Jakarta tambah panas, saya tak bisa lagi pakai blazer,” katanya kepada Tempo, Senin dua pekan lalu.
Tapi Elza mengakui ada pengacara lain yang menonjolkan kemewahan sebagai strategi agar tidak diremehkan dan untuk memberikan batasan soal honor kepada calon kliennya. Ia mencontohkan seorang pengacara datang menemui kliennya menggunakan mobil mewah agar kliennya malu untuk menawar honor yang ditetapkan.
Meski begitu, Elza mengimbuhkan, ada juga pengacara yang merasa bahwa itulah gaya hidupnya dan dia sedang menikmati kesuksesan dengan menunjukkan keberhasilannya. Cara seperti ini juga dilakukan agar pengacara tersebut bisa terus eksis. “Jadi, ada yang sebagai strategi, ada yang ingin menikmati.”
Elza menegaskan tidak semua pengacara seperti itu, ada juga pengacara berduit tapi bersikap atau memiliki gaya hidup yang wajar saja. Terlebih, ia menilai, hanya segelintir pengacara yang mampu memiliki gaya hidup mewah. “Mungkin tidak sampai 500 orang.”
Untuk Elza sendiri, penghasilannya banyak dihabiskan untuk berinvestasi di sejumlah sektor usaha. Ia sudah lama memulai usaha cuci turbin bersama dua saudaranya. Kini, usahanya merambah ke sektor pertambangan batu bara, zeolit, dan andesit di Sumatera serta Kalimantan. Ia juga memiliki perkebunan sawit di Lampung dan Kalimantan. 
Elza Syarief di kantornya, Jakarta (Tempo)
Elza Syarief di kantornya, Jakarta (Tempo)
Satu hal yang belum diketahui publik adalah Elza memiliki usaha resor di Raja Ampat, Papua. Di sana Elza juga memiliki usaha penyewaan yacht dan super yacht. Ia sekarang sedang mencari lokasi pembangunan resor barunya di Labuan Bajo. Semua ini dilakukannya sembari tetap bekerja sebagai pengacara.
Elza menjelaskan, beberapa asetnya berasal dari klien yang tidak memiliki uang tunai untuk membayar jasanya. Dengan demikian, terkadang upahnya dibayarkan dalam bentuk sebidang tanah. Ia merasa tidak ada masalah dengan skema tersebut karena nantinya akan membuka banyak lapangan kerja baru dan bisa membuat dirinya berkontribusi untuk Indonesia. “Dari situ saya memiliki banyak investasi akhirnya.”
Ketika disinggung soal koleksi mobil, Elza mengaku dirinya tidak menyukai hal itu. Ia mengaku hanya membeli mobil yang bisa menunjang aktivitasnya. 
Hotma Sitompul
Senada dengan Elza, pengacara Hotma Sitompul pun merasa sudah tidak lagi memerlukan koleksi mobil-mobil mewah. Ia mengaku sudah melepas sejumlah mobil mewahnya demi membiayai kegiatan Lembaga Bantuan Hukum Mawar Saron yang didirikannya pada 2002. LBH Mawar Saron, kata Hotma, sudah memiliki sejumlah cabang dan memerlukan biaya operasional yang besar.
Hotma menyatakan, kegiatannya di LBH Mawar Saron memberikan kenikmatan karena bisa membantu orang lain. Ia banyak mengutip ayat-ayat dari Kitab Injil ketika membicarakan bantuan hukum gratis kepada masyarakat. Ia juga sudah menyiapkan anak bungsunya menjadi penerus kegiatannya di LBH Mawar Saron. “Dia yang meminta saya menjual mobil untuk kegiatan LBH,” ujarnya kepada Tempo, Kamis lalu.
Ia bercerita ihwal mendirikan LBH Mawar Saron dari sebuah ruangan gereja yang dijadikan kantor. Sampai akhirnya ia diberi sebuah ruko di Kelapa Gading oleh kliennya dalam sebuah perkara. Ruko itu kemudian dijual dan dibelikan ruko di kawasan Sunter. 
Hotma Sitompul di  LBH Mawar Saron, Jakarta 25 Januari 2018 (Tempo/Nurdiansah)
Hotma Sitompul di LBH Mawar Saron, Jakarta 25 Januari 2018 (Tempo/Nurdiansah)
Saat Tempo berkunjung ke ruangannya di kantor LBH Mawar Saron, kesan mewah tetap terasa. Ruangannya berada di lantai 5 dan terdapat lift untuk bisa naik ke sana. Namun pengunjung harus memasukkan kode nomor untuk bisa sampai ke ruangan Hotma. Jika tidak, Anda bisa memilih naik tangga dari lantai 4.
Di ruang kerjanya terdapat banyak sekali patung, seperti patung fallen angel, elang, dan dua buah patung penjaga seperti prajurit dari era kerajaan di Eropa dulu. Di dindingnya juga terdapat berbagai lukisan yang salah satunya dilukis oleh istrinya sendiri. Hotma mengaku tengah belajar mematung dari seorang pematung.
Jika dilihat dari luar, gedung LBH Mawar Saron berbentuk bangunan Romawi. Hotma bercerita, bangunan itu awalnya hanya satu ruko, sebelum diperluas menjadi tiga ruko. Ia menuturkan, kesan mewah di LBH Mawar Saron tercipta karena dirinya ingin menunjukkan kemampuannya dalam membela rakyat kecil.
Hotma Sitompul di  depan kantor LBH Mawar Saron, Jakarta (Tempo/Nurdiansah)
Hotma Sitompul di depan kantor LBH Mawar Saron, Jakarta (Tempo/Nurdiansah)
Seperti pengacara lainnya, Hotma juga memiliki sejumlah aset properti meski enggan menyebutkan jumlahnya. Ia merasa kesalahannya selama ini adalah tidak menyiapkan investasi untuk diri dan keluarganya. Propertinya berupa apartemen terdapat di sejumlah tempat, seperti Mall of Indonesia dan Sahid Sudirman. “Tidak sampai ratusan, 10 paling banyak.”
Soal mobil mewah, Hotma menyebut dirinya yang lahir dan besar di Jakarta memang menyukai kendaraan mewah. Ia mengakui dulunya tiap dua tahun sekali mengganti mobil-mobil premiumnya dengan alasan harganya akan turun jauh jika tidak diganti dalam waktu dua tahun.
Hotma mengungkapkan, mobil mewahnya kini hanya empat buah, yakni Toyota Alphard, Range Rover, BMW, dan Mercedes-Benz. Toyota Alphard menjadi pilihannya dalam kegiatan sehari-hari dengan alasan di mobil itu ia bisa tidur ketika lelah.
Hotma pun gemar bepergian bersama keluarganya. Setidaknya dua kali dalam setahun ia dan keluarganya pelesir ke luar negeri dengan durasi 10 hari. Destinasi yang sering dikunjungi adalah Inggris, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat. Destinasi wisata dalam negeri, seperti Bali dan Lombok, tak luput dikunjunginya. “Berlibur membuat saya berpikir kalau saya ini kecil. Di Amerika banyak yang lebih kaya.”
Otto Hasibuan
Mantan Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia, Otto Hasibuan, mengatakan gaya hidup mewah tidak salah. Ia berujar dirinya juga memiliki kemampuan untuk bergaya hidup mewah, namun bukan itu yang menjadi andalan pengacara. Pengacara dipandang karena kejujuran, kualitas saat menangani klien, dan integritasnya. “Untuk apa berpakaian mewah, jam mewah, tapi menipu klien?” ujarnya.
Otto mengungkapkan, dirinya juga memiliki Ferrari, namun enggan mempertontonkannya kepada publik. Lagi pula mobil itu sudah dilungsurkan kepada anaknya. Ia takut membuat orang terganggu jika mempertontonkan kemewahan. “Orang yang tak punya bisa jengkel. Anda punya harta, nikmati saja,” tuturnya kepada Tempo, Senin dua pekan lalu.
Meski enggan menyebutkan kekayaannya, Otto tidak membantah rutin berlibur ke luar negeri sebanyak empat kali setahun. Biasanya, liburan dilakukan pada saat libur Idul Fitri, Natal, bulan April-Mei, dan September. Libur Lebaran dan Natal dilakukannya bersama seluruh anggota keluarga, sedangkan libur April-Mei dan September dilakukan berdua dengan istrinya.
Otto Hasibuan di kantornya, Jakarta, 22 Januari 2018 (Tempo/Nurdiansah)
Otto Hasibuan di kantornya, Jakarta, 22 Januari 2018 (Tempo/Nurdiansah)
Maret nanti, Otto berencana pergi ke Perth, Australia. Baginya, Perth sudah seperti rumah kedua karena begitu seringnya dia pergi ke sana. Ia menyukai Perth karena udaranya bersih dan kotanya tidak terlalu ramai. Bahkan ia memiliki rumah di sana. Destinasi lain yang juga kerap dikunjunginya bersama keluarga adalah Yunani dan Amerika Serikat. Otto senang bermain golf, baik di dalam maupun luar negeri. Ia pernah bermain golf di Monako dan Australia.
Otto berpesan kepada pengacara muda agar jangan berpikir tentang uang lebih dulu. Ia menekankan bahwa sukses pengacara tidak diukur dari hartanya. “Karena, jika ingin kaya, lebih baik menjadi pengusaha.” Ia meminta kepada pengacara muda untuk magang di kantor-kantor hukum besar agar bisa mendapatkan jejaring yang luas dan pengalaman dalam menangani perkara.
Otto melihat banyak pengacara muda mengagumi gaya hidup pengacara senior dan ingin cepat-cepat menyamai kemewahan tersebut. Kini, ia sedang berkampanye ke pengacara-pengacara muda supaya tidak mengukur sukses dari harta, melainkan dari cara mereka menyelesaikan perkara.
Artikel Asli
Previous
Next Post »