Bagi sosialita, barang-barang lansiran Hermès memiliki keistimewaan tersendiri. Mereka berlomba mengoleksi tasnya karena dapat menaikan status sosialnya di hadapan masyarakat.
Tas asal Prancis itu didesain dengan kualitas yang sangat jempolan. Beberapa diantaranya dibuat dari kulit buaya albino yang sangat langka. Dibutuhkan perawatan khusus untuk menjaganya tetap awet tanpa membuat warnanya pudar.
Selain warna, para pemiliki tas Hermès juga harus memperhatikan beberapa perawatan lainnya agar tak menurunkan nilai jual.
Seorang bag expert, Effi Rachmanto, menceritakan pengalaman memalukan dengan tas Hermès miliknya. Suatu ketika, sebuah handbag yang dibelinya di Belanda pada 2014 silam, mengeluarkan bau jengkol yang sangat menyengat.
"Tas tersebut saya dapatkan di Belanda pada 2014 dan dibeli oleh sahabat saya sendiri. Ketika dibawa ke salah satu acara yang mana tempatnya adalah sebuah lapangan, dari jarak 10 meter sekalipun bau itu keluar dan sangat tidak sedap," cerita Efii saat ditemui di acara Irresistible Bazaar di Grand Indonesia Jakarta, Rabu 28 Februari 2018.
Sontak kejadian itu membuat Effi malu. Alhasil, ia langsung membawa tas Hermès Birkin size 35 gold hardware hitam tersebut ke Singapura untuk mengecek keasliannya.
"Alhamdulillah, ternyata tas tersebut tetap dinyatakan asli," papar Effi.
Terkait dengan asal muasal bau jengkol tersebut, menurut Effi, pihak Hermès menjelaskan bahwa aroma kurang sedap itu muncul karena proses pewarnaan alami.
Pada daerah tropis seperti di Indonesia, pewarna yang melekat di kulit tas Hermès menguap hingga menyebabkan bau tak sedap.
"Perlu diketahui juga, setelah proses komplain tersebut, tas saya langsung diberikan dan dalam kondisi yang baru. Pada awalnya, pihak Hermès menjanjikan kedatangan tas baru di 6 bulan setelah komplain. Untungnya lagi, saya bisa dapat hanya dalam waktu 3 bulan menunggu," imbuh Effi.
(Sah)