Hendrik tidak menyangka warung pecel lelenya akan ramai dibahas netizen karena tetap buka meski dilanda banjir. Menurutnya banjir sudah menjadi langganan di sana dan dia biasa berjualan 'dikepung' genangan.
"Setiap banjir emang begini, saya nggak kaget deh. Kadang-kadang air sampai (di warungnya) dagangan sudah abis, sudah mau tutup," kata Hendrik saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di warungnya di kawasan Kampung Pulo, Jatinegara, Kamis (8/2) malam.
Hendrik menceritakan soal foto warung pecel lelenya yang viral. Saat itu Hendrik seperti biasa membuka warungnya pada pukul 17.00 WIB, hujan turun dengan deras.
"Waktu buka kan belum banjir, nggak tahu airnya bakal meluap gitu dari selokan," ujarnya.
Ketika air mulai naik sekitar pukul 22.00 WIB, Hendrik sedang mendapat banyak pesanan nasi bungkus sehingga dia tidak sempat beres-beres. Tak lama kemudian air sudah naik hingga 1 meter lebih.
"Lagi ramai warung, nggak muat (kursinya) ada pesanan 20 sampai 35 bungkus. Sampai tutup warung itu (pesanan) nggak berhenti," katanya.
Saat sedang melayani pesanan, tiba-tiba Ipunk dan temannya datang. Menurut Hendrik, Ipunk adalah langganannya. Meski warung banjir, Ipunk tak peduli, dia tetap makan dengan lahap pecel ayam pesanannya.
"Saya fokus ngelayanin aja, cuma waktu itu nggak bisa bakar karena air sudah tinggi banget, listrik mati," ucap Hendrik.
Malam itu, menurut Hendrik dia mendapat omset Rp 2 juta. Biasanya saat sedang tidak banjir dia bisa mendapatkan omset hingga Rp 3 juta.
"Banjir omset pada turun dapat Rp 2 juta. Kalau nggak banjir Rp 3 juta setengah," ungkapnya.
Dia berharap pemerintah lebih fokus mengurus banjir Jakarta sehingga orang-orang kecil seperti dia tidak akan kesulitan saat banjir datang.
Artikel Asli